Observasi Frekuensi, Channel pada Wireless dan Penjelasannya

Observasi Frekuensi, Channel pada Wireless dan Penjelasannya


Saya dan kelompok akan memberikan hasil Observasi kita terhadap perubahan Channel,Frekuensi,Signal Floor akan memberikan dampak atau tidak , tapi terlbih dahului kalian harus mengetahui tentang penjelasaannya hehe .

contoh gambarnya
A. Frekuensi adalah Wireless LAN menggunakan radio frekuensi yang membutuhkan media rambat yang juga harus bersih atau tanpa gangguan. Gangguan bisa berupa halangan seperti pohon,gedung,tembok,kaca atau interferensi frekuensi dari perangkat lain di sekitarnya. Agar terbentuk link wireless yang bagus, gangguan ini harus dihindari. hal pertama yang harus dilakukan dilakukan adalah site survey terlebih dahulu untuk mengetahui kondisi lapangan secara fisik maupun penggunaan frekuensi yang sudah ada. Misalnya, adanya halangan berupa bukit, gedung, pohon, tembok, kaca dsb yang harus dihindari. Kita harus mengetahui juga frekuensi - frekuensi yang ada disekitar. jadi nantinya bisa dihindari penggunaanya agar tidak interferensi/overlapping. 
Alokasi frekuensi sudah diatur dalam regulasi di setiap wilayah dan negara. Di Indonesia, untuk keperluan wireless LAN sudah dalokasikan dalam ISM Band pada frekuensi 2,4GHz dan 5,8GHz. Lebih detail nya, untuk 2,4GHz dibagi dalam beberapa channel dengan lebar channel masing - masing 22MHz.

B. Wireless adalah jika dari arti katanya dapat diartikan “tanpa kabel”, yaitu melakukan suatu hubungan telekomunikasi menggunakan gelombang elektromagnetik sebagai pengganti media kabel. Saat ini teknologi wireless sudah berkembang pesat, buktinya dapat dilihat dapat dilihat dengan semakin banyaknya yang menggunakan telepon sellular, selain itu berkembang juga teknologi wireless yang dipakai untuk mengakses internet.




Penjelasan Parameter Wireless Mikrotik


Peforma suatu WiFi dapat ditentukan oleh beberapa parameter, yaitu kuat sinyal (signal strength), gangguan sinyal (Noise Floor), Signal to Noise Ratio (SNR), Clien Connection Quality (CCQ), Data Rate, Bandwidth, Throughput dan Packet Lost. Berikut penjelasan masing-masing parameter.



1. Kuat Sinyal (Signal Strength)

Kualitas sinyal menentukan bagus tidak nya suatu WiFi. Semakin kuat sinyal maka semakin baik dan bagus konektivitas nya. Sinyal pada WiFi ditunjukan dengan besaran dBm yaitu satuan level daya dengan referensi daya 1 mW = 10-3 Watt.

Rentang kuat sinyal pada WiFi yaitu antara -10 dBm sampai kurang lebih -99 dBm dimana semakin nilai nya mendekati positif maka semakin besar dan kuat sinyal nya. Kuat sinyal dapat dikategorikan berdasarkan kualitas nya sebagai berikut :

a. Excellent (green): (-57) to (-10) dBm (75 – 100%)

b. Good (green): (-75) to (-58) dBm (40 – 74%)

c. Fair (yellow): (-85) to (-76) dBm (20 – 39%)

d. Poor (red): -95 to -86 dBm (0 – 19%)


2. Signal to Noise Ratio (SNR)

Sebuah sambungan nirkabel yang menggunakan frekuensi tertentu akan menerima apa pun yang ditransmisikan, ditambah lagi kebisingan (gangguan) atau juga disebut Noise floor yang ada di sekitar perangkat. Jika kekuatan transmisi secara signifikan lebih kuat dari kebisingan, maka perangkat dapat efektif mengabaikan kebisingan. Jika sinyal yang diterima sebanding dengan kebisingan lingkungan sekitar, maka perangkat nirkabel tidak akan mampu membedakan sinyal dari perangkat lawan dengan kebisingan. Hal ini akan menyebabkan komunikasi nirkabel dan data tidak berjalan dengan baik. Maka dari itu semakin banyak wireless yang menggunakan channel yang sama maka semakin besar juga Noise to floor nya atau gangguannya.

Signal to Noise Ratio (SNR) adalah rasio perbandingan antara sinyal yang diterima dengan gangguan (derau) sekitar dengan satuan desibel (dB).

Serangkaian tes dilakukan untuk menentukan dampak dari nilai SNR pada performa nirkabel dan juga berpengaruh pada kestabilan sambungan (link) terhadap beban sambungan. Kualitas dari SNR dibagi kedalam beberapa kategori, sebagai berikut :

a. > 40dB SNR = Excellent signal (5 bars), Cepat terkoneksi, troughput maksimal dan stabil.

b. 25dB – 40dB SNR = Very good signal (3 – 4 bars), Terkoneksi baik, throughput maksimal.

c. 15dB – 25dB SNR = Low signal (2 bars), Terkoneksi baik, throughput tidak maksimal.

d. 10dB – 15dB SNR = very low signal (1 bar), koneksi tidak terlalu stabil, throughput rendah.

e. 5dB – 10dB SNR = no signal, koneksi sangat tidak stabil, throughput sangat rendah.


3. Client Connection Quality (CCQ)

Client Connection Quality (CCQ) adalah nilai dalam persen yang menunjukkan efektifitas bandwidth yang digunakan terhadap bandwidth maksimum yang tersedia secara teoritis. CCQ berbanding lurus dengan troughput yang bisa didapatkan pada sebuah sambungan nirkabel. Semakin bagus CCQ maka semakin tinggi troughput yang didapatkan. Tetapi kuat sinyal yang bagus tidak menjamin mendapatkan troughput yang tinggi. Hal ini disebabkan pada jaringan nirkabel memiliki dua tipe kuat sinyal (signal strength) yaitu kuat sinyal TX yang merupakan signal dari perangkat yang diterima di perangkat lawan dan kuat sinyal RX yaitu sinyal perangkat lawan yang diterima di perangkat tersebut. Jika kedua tipe kuat sinyal tidak sama (rata-rata seimbang) maka komunikasi nirkabel tidak akan berjalan dengan baik.

Nilai terbesar CCQ yaitu 100% sehingga semakin mendekati 100% maka semakin bagus CCQ nya. Nilai CCQ yang buruk dapat terjadi karena pengarahan antena yang kurang tepat. Nilai CCQ yang buruk juga dapat berakibat pada kualitas jaringan nirkabel menjadi kurang bagus, karena sering terjadi packet loss.


4. Data Rate

Pada komunikasi WLAN terdapat parameter Data Rate yang melambangkan kemampuan atau kapasitas transfer data (throughput) dari komunikasi wireless tersebut. Setiap satuan Data Rate menggunakan modulasi nirkabel yang berbeda. Semakin besar Data Rate maka semakin kompleks modulasi yang digunakan.

Data Rate untuk standar nirkabel 802.11b masih menggunakan modulasi standard DSSS, DPSK (Digital PSK) dan bandwith maksimal yang bisa didapatkan adalah 11Mbps. Data Rate untuk standar nirkabel 802.11a/g menggunakan gabungan modulasi yang berbeda. Untuk data rate 6 dan 9 Mbps menggunakan modulasi BPSK, dan untuk data rate 12 dan 18 Mbps menggunakan modulasi QPSK, sedangkan untuk Untuk data rate 24 hingga 54 Mbps menggunakan modulasi QAM.


5. Packet Loss

Packet loss merupakan besar dari paket yang hilang dalam jaringan karena terjadi tabrakan atau collision. Packet loss terjadi ketika satu atau lebih paket data yang dikirim melalui jaringan komputer tidak dapat mencapai tujuan. Yang menjadi faktor timbulnya packet loss adalah kepadatan lalu lintas data dan bandwidth. Semakin besar bandwidth, maka akan memperkecil terjadinya tabrakan data antara user yang satu dan yang lainnya.

Jika terjadi packet loss maka protokol jaringan yang ada pada router akan meminta pengirim untuk mengirim ulang paket data yang hilang tersebut. Pada saat proses pengiriman ulang data yang hilang tersebut maka akan menyebabkan meningkatnya nilai waktu tunggu pengiriman paket (jitter). Detektor dari packet loss berada didalam router yang bernama Carrier Sense Multiple Access And Collision Detection (CSMA-CD) pada jaringan LAN dan Carrier Sense Multiple Access And Collision Avoidance (CSMA-CA) untuk jaringan nirkabel. Standar ITU (International Telecommunication Union) untuk packet loss adalah tidak boleh melebihi 10% dari jumlah paket data keseluruhan.


6. Bandwidth dan Throughput

Bandwidth (lebar pita) adalah besaran yang menunjukkan seberapa banyak data yang dapat dilewatkan dalam koneksi melalui sebuah jaringan, yang menunjukkan kemampuan maksimum dari suatu alat untuk menyalurkan informasi dalam satuan waktu detik. Satuan yang dipakai untuk bandwidth adalah bit per detik (bits per second) atau sering disingkat sebagai bps.

Ternyata konsep bandwidth tidak cukup untuk menjelaskan kecepatan jaringan dan apa yang terjadi di jaringan. Untuk itulah konsep throughput muncul. Throughput adalah bandwidth aktual yang terukur pada suatu ukuran waktu tertentu dalam suatu hari menggunakan rute internet yang spesifik ketika sedang mendownload suatu file. Throughput lebih pada menggambarkan bandwidth yang sebenarnya (aktual) pada suatu waktu tertentu dan pada kondisi dan jaringan internet tertentu yang digunakan untuk mengunduh suatu berkas (file) dengan ukuran tertentu.


      Gambaran Wireless yang ada di sekitar saya beserta Channel yang digunakan dan efeknya kepada Signal Strength, Noise Floor dan Singnal to Noise Ratio (SNR) Contoh Saya akan membandingkan wireless dengan SSID Agung menggunakan Channel 2437 atau disebut juga channel 6 dengan setelah saya mengubah SSID agung ke channel 2462 atau disebut juga channel 11, bisa dilihat channel 2437 adalah channel yang paling banyak digunakan di sekitar saya sekitar 14 wireless berbeda menggunakan channel yang sama. Ok, langsung aja kita analisa. Coba lihat SSID “agung” yang mempunyai signal strength -18. Yang saya sudah jelaskan diatas bahwa “Semakin angka mendekati positif maka semakin bagus, ini berlaku buat signal strength, jika semakin jauh dari positif maka semakin buruk kekuatan sinyalnya” karena menggunakan channel 2437 dan yang menggunakan channel 2437 ada 11 wireless berbeda maka Noise floor yang dihasilkan adalah -109. Lihat ke sebelah setelah saya mengubah wireless dengan SSID agung ke channel 2462 atau channel 11. Dengan yang menggunakan channel 2462 ada sekitar 7 wireless berbeda tentu lebih sedikit dibanding channel 2437 atau channel 6. Maka Signal strength yang dihasilkan sekitar -14 sedikit meningkat dibanding sebelumnya -19, Noise floor yang dihasilkan pun lebih sedikit yaitu -111 dibanding yang sebelumnya -109. Jadi, walaupun perbedaan nya hanya sedikit tetap saja SSID agung dengan channel 2462 sedikit lebih bagus dibanding ketimbang ketika menggunakan channel 2437.
 

Terima kasih telah membaca hasil observasi kita mudahan bermanfaat ya hehe.
bay bay bay  
Next
This is the current newest page
Previous
Next Post »
Thanks for your comment